Minggu, 28 Desember 2014

Masyarakat Pedesaan vs Masyarakat Perkotaan

Pada post kali ini saya akan menceritakan tentang perbedaan kehidupan dari masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan. Seperti kita tau bahwa kehidupan di desa sangat sangat berbeda dengan kehidupan kota yang pada saat ini serba canggih dan instant. Dan juga banyak perbedaan perbedaan lain yang dapat dilihat, mulai dari mencari nafkah, bersekolah, menjalani kehidupan sehari-hari, dll.

 Disini saya juga akan menceritakan pengalaman saya tentang bagaimana kehidupan di desa, tepatnya pada saat saya kelas 1 SMA, pada saat itu sekolah mengadakan kegiatan yang sudah menjadi rutinitas tiap tahun yang dinamakan Trip Observasi, Trip Observasi sendiri adalah perjalanan menuju desa-desa yang tujuan tempatnya adalah desa yang berada di Jawa Barat. Maksud dari Trip Observasi sendiri adalah untuk memahami bagaimana kehidupan di desa, cara orang-orang mencari nafkah, bersekolah, memasak, bercocok tanam, dll.

Pada saat itu sekolah kami menuju desa yang berada di Sukabumi, yaitu Desa Sumurugul. Sesampainya disana atau belum sampai sana, kami diturunkan di jalanan beraspal, pada saat itu saya pikir kami sudah sampai tujuan, ternyata untuk ke Desa Sumurugul tersebut harus berjalan 5km lagi karena mobil tidak bisa mengakses jalan tersebut, tentunya sangat berbeda dengan kehidupan kota, dimana tiap sudut jalan sudah bisa diakses dengan kendaraan bermotor.

Sesampainya disana kami disambut hangat dengan warga Desa Sumurugul dan penyambutan dengan tarian tradisional dari anak-anak warga disana. Tentunya kami sebagai tamu merasa sangat disambut dengan baik di desa ini, sambutan ini pastinya hal yang tidak kita dapatkan di kehidupan perkotaan.

Setelah penyambutan, kami dibagi atas beberapa kelompok, dimana tiap kelompok akan menetapi rumah salah satu warga. Kebetulan kelompok saya mendapat rumah warga yang jaraknya cukup jauh dari rumah warga lain. Akses menuju rumah yang akan saya tempati itu masih beralas tanah, sehingga akan sangat licin jika hujan turun.

Sesampainya dirumah warga, kami mendapat pemandangan yang tentunya berbeda. Rumah dengan lantai kayu, dinding kayu, lampu minyak, kayu bakar untuk memasak dan minimnya penerangan. Beruntungnya kami pada tahun itu Desa Sumurugul baru mendapat pasokan listrik 3 bulan sebelumnya, sehingga sudah ada lampu penerangan, walaupun belum semua ruangan diterangi lampu.

Pada besoknya kita mulai menjalani kehidupan desa dengan membantu warga dalam mencari nafkah dengan bercocok tanam, berternak, berdagang, dll. Pada saat itu saya mendapat bagian untuk membantu warga dalam bercocok tanam, tentunya saya tidak tau apa yang harus dilakukan, tetapi dengan ramahnya warga disana, saya dituntun untuk belajar bagaimana cara bercocok tanam dengan benar. Tentunya cara mencari nafkah seperti ini tidak akan ada di kehidupan perkotaan yang kebanyakan masyarakatnya bekerja di perkantoran.

Setelah selesai bekerja, tentunya perut kami sudah sangat lapar, saat hendak memasak, tentunya kami bingung dihadapkan dengan kayu bakar untuk memasak. Pemandangan yang sunggu berbeda dengan kehidupan perkotaan yang biasanya sudah menggunakan kompor dan alat memasak lainnya. Pada saat memasak pun kita harus menjaga besarnya api dengan meniup-niup api tersebut, yang pastinya akan membuat sesak nafas kalau tidak terbiasa.

Esok harinya kami semua berjalan kaki mengitari hutan, melewati tempat-tempat yang belum tersentuh, sehingga banyak satwa liar yang masih berkeliaran di hutan tersebut, lalu kami melewati bukit dan juga lembah, yang pada akhirnya menuntun kita mendapat pemandangan yang  sangat indah, yaitu air terjun tinggi dan belum tersentuh. Pemandangan inilah yang tidak akan terlihat di kota-kota besar. Tentunya kami bersyukur masih banyak tempat yang bisa dijaga kebersihannya dan dijaga kelestariannya seperti di tempat ini.

Dan pada keesokannya adalah hari dimana kami semua harus meninggalkan desa tersebut, yang pastinya ini akan menjadi kenangan yang indah untuk kami semua,

Pelajaran berharga yang dapat saya ambil adalah untuk menghargai kehidupan kita sekarang ini, karena banyak orang-orang yang mengharapkan kehidupan seperti apa yang kita punya, tetapi masih bisa bersyukur atas apa yang mereka dapatkan.

Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar